Sabtu, 04 Juni 2011

“DIPLOMASI DAN NEGOISASI”






1.     ASPEK DARI METODE  DIPLOMASI YANG LAZIM DI - PERGUNAKAN DALAM PRAKTEK DIPLOMASI DIDUNIA. ?


      Pada tataran praktis diplomasi berkaitan dengan aspek aspek  jangka pendek dan hal hal yang rutin, seperti kerja sama Bilateral (Dua Negara) dan Multilateral (Banyak Negara), serta pelaku pelaku lainnya yaitu, berupa : Kordinasi, Konsultasi, Lobbying, melakukan penyesuaian jadwal kunjungan resmi Presiden dan kunjungan Pribadi seorang Mentri Luar Negeri (Kedubes- Protocoler Sistem), Politisi, Ngo, Pertukaran Pemuda antar negara, misalnya “ Indonesia dengan Jerman, Kanada, India, Spanyol, Jepang, Rusia, Mesir, saudi arabia dsbg. Dan dewasa ini, aspek aspek Diplomasi dan Promosi  saling berkaitan erat.
      Aspek aspek yang lazim dilakukan dalam metode Diplomasi selalu berhubungn dan didominasi oleh masalah Keuangan (pada IMF, World Bank), Ekonomi (AFTA, GTT,)  Masalah Masalah Sumber Daya (APEC, OPEC ), dan Tourisme (Promosi Wisatawan Manca negara ke Pulau Bali, Tugu Monas, Jam Gadang Bukit tinggi, wisata bawah laut Bunaken, dll), dan juga MANAGEMEN ANCAMAN SEPERTI TERORISME  Misalnya (Fenomena Terorisme Jamaah Islamiyah di-Indonesia pada ledakkan BOM J Marriot, Bom Bali I, Dan II, kasus Abu bakar Ba’asyir di Aceh (pelatihan Perang/JIhad, Kelompok JI Asia tenggara, yang melibatkan Dulmatin, Dr Azhari, Imam Samudra, ali Muhlas, ect, menjadi Sebuah ancaman bagi Keamanan Capital/saham Amerika/Ingrish Di Indonesia dilain pihak Islam Dituding sebagai Terorist dan satu lagi makna jihad selalu kontroversial’ dalam kajian Negara dan ISLAM Itu sendiri), kebijakan luar negeri (Non-Blok, KTT Asia Africa, G-8) Pertahanan dan keamanan sebuah negara (Kerja sama Indonesia dengan Rusia pada pembelian Sukhoi oleh Presiden Megawati Soekarno Putri) , Latihan perang bersama (Korea Selatan Dengan Amerika- pada ancaman konflik perbatasan di semenanjung korea, dengan korea utara, Konflik Jalur Gaza, Israel vs Palestina, dalam sekutu Amerika) ,NATO pada Penyerangan ) dan lainnya. Diantara aspek aspeck diatas metode diplomasi pada kegiatan yang luas ialah, diplomasi Oil, diplomasi Sumber Daya Alam( Resource diplomacy), Tata Pemerintahan Global (Global Governance), Diplomasi Hijau (Green Diplomacy)
      Metode Diplomasi pada fungsi nya secara subtansi yaitu memberikan masukkan, membentuk dan melaksanakan kebijakan Luar negeri dalam tinjauan perspectif negara, dalam paradigm pelaku pelaku lain diluar negara juga terjadi namun masih sifatnya masif /terbatas misalnya kunjungan diplomasi Hasan tiro, Xanana Gusmau ke Helsinki dua tahun lalu itu (sebelum dis-integrasi), namun persoalan metode diplomasi tetap pada metode tradisional yaitu hal hal yang di rumuskan pada perwakilan sebuah negara (duta besar) di suatu negara. Kedutaan besar pada tradisinya berfungsi untuk melakukan identifikasi mengenai masalah masalah penting baik dalam negeri maupun luar negeri, berbarengan dengan telaah terhadap implikasinya, dalam rangka memberikan nasehat tersebut ataupun memperingati negara asal dari kedutaan tersebut. Misalnya Konflik Timur tengah di gaza, pada penyerangan Invasi Israel 2010/2011 dalam menambah wilayah perbatasan dengan Palestina, yang menuai kritik keras dunia islm di dunia melalui aksi pembakaran bendera Israel dan Amerika di kedubes Israel /USA DI jakarta pada 2010 yang lalu, selanjutnya adalah kebijakan NATO Pada embargo terhadap Iran, karena membangkang dari Amerika atau dewan keamanan PBB Terkait - Kimia Nuklir Ahmahdinejad tersebut- yang akan menyerang negara Sunni tersebut. Dan juga studi invasi Amerika Ke Iraq merupakan sebuah Skenario Propaganda yang dilakukan oleh staf ahli Kimia iraq yang mengunjungi Amerika Latin, untuk bertemu dengan amerika dalam membuat propaganda bahwa Irak memiliki senjata Pembunuh massal, yang di respon Darurat Satu oleh Collin Powel/Mentri Pertahanan Amerika itu. Sehingga dinasti Saddam Husein dan keluarganya pun hancur dan dibunuh.
      Dan kasus yang hampir mirip terjadi di Indonesia ialah persoalan Reformasi DI tubuh PSSI- yang menjadi persoalan hangat dunia Federasi Sepak boLa Dunia (FIFA) – Terkait ikut campurnya Andi Malaranggeng sebagai Mempora, terkait aksi penolakkan terhadap Nurdin Halid. Dan juga pembentukkan Tim Normalisasi PSSI Oleh FIFA. (Pelaku pelaku diplomasi diluar Konstelasi negara- tradisional metode).
      Dan selanjutnya kasus yang hangat di Indonesia dibincangkan adalah ketika wikileaks membongkar keikut sertaan Presiden SBY melindungi aktor aktor Koruptor di Indonesia, dan mata Mata Intelegen Negara Mengawasi Kunjungan Yusril Ihza Mahendra Ke Singgapura.
Dan pada aspec pemilihan Metode diplomasi umumnya dipengaruhi oleh satu atau dua faktor, antara lain : Bentuk, masalah kaitan organisasi dan kapasitas regime atau diplomasi itu sendiri. Dalam kajian metode bentuk atau form merupakan suatu kerangka yang sangat disukai dalam tradisi negara, dan aktor aktor lainnya ketika melaksanakan hubungan eksternalnya, baik dalam diplomasi bilateral maupun Multilateral, lintas nasional, transnasional ( Ngo, terbuka, swasta, dan Rahasia)

2.      JUSTIFIKASI NATO TERHADAP AKSI AKSI MILITER TERHADAP NEGARA MERDEKA DAN BERDAULAT SEPERTI LIBYA DI BAWAH KEPEMIMPINAN MOAMMAR  KHADAFI... ?



      Pemerintahan “OTORITER’ Moammar Khadafi adalah pemicu serangkaian aksi aksi yang hampir sama terjadi di Mesir, Yaman, Saudi arabia dan laninya oleh rakyat yang tidak senang adanya obsolut kekuasaan, lembaran demokrasi yang tertutup rapat, ketidak adilan, kesejahteraan rakyat, bahkan Perbudakkan merupakan  Bentuk bentuk kekuasaan/Rezim Muammar Khadafi yang tidak mendengarkan aspirasi dan Suara-Perubahan dalam revolusi itu, bumi di Tripoly Bergejolak bagai detak bom waktu yang memakan Ribuan Nyawa, dalam aksi aksi Militerisme sebagai perpanjangan kekuasaan Khadafi, yang  menghalalkan berbagai cara, dalam mempertahankan kekuasaan otoriternya.  Kekuasaan yang menjadikan Khadafi, sebagai Raja semakin congkak diatas  singgasana rakyat itu,  telah menyita perhatian dunia internasional dan Resolusi Dewan keamanan PBB. Tragedi kemanusian, dan hak azazi Manusia yang terjadi di Libya dibawah kekuasaan rezim Muammar khadafi, atas meninggalnya ribuan rakyat dalam  (kelompok oposisi) yang meminta Revolusi agar terbukanya kran demokrasi menjadikan Libya menjadi persoalan Utama  United Nation Organization “UNO” / PBB yang tertuang Dalam Piagam PBB Human of Right akan perlindungan Hak azazi manusia, yang dibunuh secara tidak berkemanusian, dalam penghalal-lan kedigdayaan Rezim, dengan Motif/alasan inilah, BAO KI MOON – selaku Sekjend PBB datang ke Tripoli – Libya, yang secara spontanitas tidak di inginkan oleh Khadafi, dan Boo ki moon pun di hadang oleh ratusan demontran pro Khadafi waktu itu, agar ki moon tidak ikut campur dalam masalah Libya. Boo ki moon yang menginginkan bertemu dan melakukan dialog dengan khadafi pun akhirnya mentok, dan dilakukannya rapat dewan keamanan PBB yang menghasilkan voting 4 suara, setelah Cina dan Rusia abstein untuk melakukan penyerangan terhadap Libya.- otoriter rezim khadafi.  
      Dibalik itu, kepentingan Amerika dan NATO terhadap Oil /Minyak Libya cukup Siknifikant, ruang invasi baru terhadap Sumber Daya Alam Libya tersebut akan membuka kran-kran Oil Diplomasi ketika Justifikasi Resolusi PBB itu telah menguasai Libya nantinya, karna kita ketahui Libya Adalah negara terkaya akan Pasokkan Minyak di Afrika dan dunia. Ketika metode ini kita telaah dan identifikasi maka akan terbuka sebuah ilustrasi demografis oil Libya secara konkrit oleh Amerika. Itikat justifikasi Resolusi Dewan Keamanan PBB akan membawa sebuah Mission menuju penguasaan sumber daya alam/Minyak Minyak Libya. 
      Dan persoalan di Libya telah menemukan ritme bentuknya dalam tiga pointer, bela negara dari kolonialisme/Imprealisme, disisi lain pemberontakkan gencar menjadi dua arah perang saudara antara Militer, Pro Khadafi, dan rakyat Libya sebagai Oposan.

3.     STUDI KASUS TINDAK KEKERASAN YANG DIALAMI TKW- INDONESIA DI LUAR NEGERI, DAN DIPLOMASI SERTA PEMECAHAN MASALAH YANG DILAKUKAN INDONESIA DALAM  MEMASTIKAN  TIDAK ADANYA KEKERASAN ADALAH  SBB :

            Beranjak dari Mimpi buruk yang selalu menjadi ancaman kekerasan diluar batas kemanusian bagi TKI/ TKW Kita di luar negeri, seperti kita liat persoalan Siti Hajar, Suminah, dan Tenaga kerja Wanita lainnya di Malaysia, Saudi arabia, disiram dengan air Panas muka dan sekujur tubuhnya oleh majikannya, serta diserika tubuhnya, tidak terjaminnya Gaji- serta kepastian mereka bekerja karena Lemahnya peran KEDUBES – pelaku Diplomasi yang hanya bisa berethorika di atas meja-kursi Empuk Konsulat tersebut, disisi lain Pendidikan dan keahlian Menjadi cacatan penting bagi TKW- TKW kita di luar negeri. Hal ini telah menjadi persoalan utama bagi pemerintah Indonesia ini, untuk menelaah dan mengidentifikasi langkah langkah objektif dan konrehensif dalam melakukan Kebijakan oleh Pemerintah baik itu Duta Besar indonesia di Malaysia “ (UST’ Dai Bahtiar Cs), dan Unsur unnsur Pelaku pelaku Diplomasi itu sendiri, menurut saya ada beberapa tatanan Kontrak kerja yang memberikan jaminan bagi tenaga kerja wanita itu oleh Pemerintah Indonesia secara utuh dan memiliki Nota Legal Hukum bagi negara ditempat mereka bekerja ( MOU) dengan pihak Diraja Malaysia misalnya begitu juga dengan saudi dan lainnnya,  itu pertama, dan yang  Kedua : Perusahaan yang memperkerjakan TKW /TKI harus mampu membuat legal Opion yang dapat di bawa menjadi kekuatan hukum bagi kepolisian diraja malaysia, melalui  lembaga pemberi jaminan dari (PERUSAHAAN CAPITAL) yang menampung tenaga Kerja Pembantu yang  menjadi ancaman keseriusan pada kekerasan itu harus terkoneksi dan ter indetifikasi data –data entrinya bagi Perusahaan dan Pihak Hukum di Malaysia.  (terutama pihak KEDUBES).
Dan Ketiga yang seharusnya dilakukan oleh Duta Besar Indonesia di Malaysia, adalah Menampung sejumlah Persoalan yang menjadi permasalahan TKW di luar negeri itu, dan menciptakan diplomasi dan Suaka suaka Hukum dan jaminan secara rel dan konkrit yang terjadi  secara cepat, dan setiap Tiga Bulan sekali haraus mampu melakukan Investigasi/identifikasi yang Menekan Pihak Perusahaan nota- jaminan bagi TKW kita di Luar Negri.
Ke empat : Evaluasi Bentuk dan Ritme baru dalam skema diplomasi baru, yang melibatkan hubungan Bilateral kedua negara dalam bidang Perdagangan dan jasa, Investasi,  Pemberian Legal Hukum dan jaminan sosial tenaga kerja, antara Mentri Tenaga Kerja Indonesia, Kedubes Indonesia, Dengan pelaku diplomasi Malaysia  harus mempunyai Mou terapan yang setiap 2 kali dalam satu tahun punya Evaluasi Evaluasi Mendasar./ pelepasan kontrak ke Majikan/perusahaan di Malaysia.
Kelima : Persoalan pemberian Otoritas hukum berdasarkan budaya kerja di Luar negeri, harus dikomlikasikan dengan baik dan tertata oleh Pihak CAPITAL- dengan KEDUBES, misalnya tingkat keahlian, pendidikan, serta bentuk pekerjaan yang harus menjadi acuan dasar agar kekerasan itu tidak terjadi lagi.
Ke enam : Indonesia harus mampu menciptakan lapangan kerja sendiri bagi kelompok Ibu-ibu rumah yang tidak memiliki keahlian secara khusus. Karna ratusan/ Ribuan TKW yang tidak terkontrol lagi oleh kedubes menjadi pemicu persoalan diluar negeri. Dilain pihak seperti di Uni emirat arab, saudi dan lainnya, mereka terancam secara nyata. Dan pemulangannya pun tidak memiliki kepastian dan jaminan hidup oleh Pemerintah Indonesia Atau Kedubes. Itulah kasat kusutnya Persoalan yang tidak dapat secara utuh diselesaikan oleh Kedebus. Karna sepatuh hati, dan keterbatasan –demi keterbatasan dari semua bentuk.
Sementara PRESIDEN SBY dan Militernya serta pelaku diplomasi lainnya tidak mau tau totality akan Ritme diplomasi itu bagi TKW- Indonesia persoalan TKW  berparadoksi bahkan MEMALUKAN Bagi Presiden SBY dalam konstelasi memanasnya hubungan malaysia dengan Indonesia dekade ini. Sehingga (Negoisasi) hanya tawaran  kelemahan dalam ber- Diplomasi bagi Indonesia ketika berhadapan dengan Malaysia, terbuka lebarnya ruang ruang harga tawar yang membunuh diri secara fakta yang terjadi. Hingga Malaysia semakin Meraja lela, bahkan Investasi nya pun pada Sumber daya alam di Indonesia cukup siknifikan, artinya Indonesia takut, dan gagal menjadi bangsa yang besar dalam menciptakan, mensejahterakan rakyat, serta membentuk peluang peluang kerja bagi TKW Indonesi itu sendiri. Selanjutnya Klaim klaim Budaya yang diambil alihkan dalam metode budaya malaysia juga faktor kesenjangan hubungan Indonesia dengan Malaysia secara Umum. Bahkan persoalan Perebutan pulau seperti ligitan, dan lainnya semakin meruncinngkan hubungan bilateral yang tidak akur antara kedua negara. “Bisa –bisa perang Militer akan menjadi solusi terakhir.
Lalu  yang selalu menjadi Korban politic dan hak azazi manusia dari konstelasi ini adalah Ribuan TKI- di Malaysia pada kelompok Pekerja Pembantu dsbg.  
Perlu disadari KATA KATA GANYANG MALAYSIA dalam beberapa aksi Dari sejarah Bung Karno semakin di kumandangkan Indonesia pada era kekinian ini, akan selalu dijepit secara memalukan oleh Malaysia, karena ini akan dijadikan tawanan politic, dan kunci tidak ada kukunya Indonesia di asia tenggara, dan ketika berhadapan dengan Malaysia. Intinya adalah “ Pemerintah harus fokuskan diri pada jalur jalur Identifikasi dan negoisasi seperti diatas. 

ASUMSI – ASUMSI PERSPEKTIF ORGANISASI



BAB I
ASUMSI – ASUMSI  PERSPEKTIF ORGANISASI

            Dalam kajian Stephen W Littlejohn memberikan satu bentuk metafora lain yang mengibaratkan bahwa organisasi adalah sebagai sebuah jaringan (Organizational Network). Jaringan adalah struktur-struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi di antara individu-individu dan kelompok-kelompok. Sewaktu orang berkomunikasi dengan orang lain, sebenarnya ia sedang membuat kontak-kontak dan pola-pola hubungan dan saluran-saluran ini menjadi instrumen dalam semua bentuk fungsi sosial, dalam organisasi-organisasi dan dimasyarakat luas. Organisasi dipahami mampu membangun realita sosial. Jaringan adalah saluran-saluran melalui mana pengaruh dan kekuasaan dijalankan, tidak hanya oleh manajemen dengan cara formal tetapi juga informal diantara para anggota organisasi.2  Sementara itu, Peter Monge dan Eric Eisenberg3 melihat teori jaringan sebagai suatu cara  untuk mengintegrasikan tiga tradisi dalam studi organisasi. Pertama tradisi posisional, relasional, dan kultural. 2 Stephen W Littlejohn, Teories of Human Communication ,Thomson Learning,USA. 7th.ed. 2001. 3 ibid..p.282. “Satu-satunya cara yang bermakna untuk mempelajari organisasi adalah sebagai suatu sistem” (Scott, 1961)
Beberapa teori teori organisasi antara lain :




A.   ASUMSI TEORI  KLASIK

      Konsep tentang organisasi telah berkembang mulai 1880-an dan dikenal sebagai teori klasik (classical theory). Dampak teori ini terhadap organisasi masih sangat besar. Sebagai contoh organisasi yg didasarkan birokrasi dan banyak bagian dari teori klasik Menurut teori organisasi klasik, rasionalitas, efisiensi, dan keuntungan ekonomis merupakan tujuan organisasi. Teori ini juga menyatakan bahwa manusia diasumsikan bertindak rasional sehingga secara rasional dengan menaikkan upah, produktivitas akan meningkat.
      Asumsi teori klasik tentang Perspectif Organisasi dipahami sebagai tempat (wadah) berkumpulnya orang-orang yang diikat dalam sebuah aturan-aturan yang tegas  dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah terkoordinir secara sistematis dalam sebuah struktur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

     
      Max Weber dengan konsep birokrasi idealnya menekankan pada konsep otoritas dan kekuasaan yang sah untuk melakukan kontrol kepada pihak lain yang berada di bawahnya sehingga organisasi akan terhindar dari penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakefisienan.  Frederick Taylor mengajukan konsep "manajemen ilmiah" yang inti gagasannya adalah "bagaimana cara terbaik untuk melakukan pekerjaan". Untuk ini Taylor membuat standardisasi mulai dari seleksi (rekruitmen) dan penempatan yang menurutnya merupakan sistem hubungan kerja antara manusia dengan mesin sehingga pekerjaan dapat dianalisis secara ilmiah. 
      Henry Fayol mengembangkan teori yang memusatkan perhatiannya pada pemecahan masalah-masalah fungsional kegiatan administrasi. Fayol mengajukan konsep planning, organizing, command, coordination, dan control yang menjadi landasan bagi fungsi dasar manajemen. Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip yang sangat fleksibel yang digunakan sebagai dasar bagi manajer dalam mengelola organisasi. Keempat belas prinsip itu adalah pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah, mengutamakan kepentingan umum, pemberian upah, sentralisasi, rantai perintah, ketertiban, keadilan, kestabilan masa kerja, inisiatif, dan semangat korps. Gagasan Fayol sendiri didukung oleh koleganya di AS yaitu Gulick, Urwick, Mooney dan Reiley.   Menurut James D. Mooney terdapat empat prinsip dasar untuk merancang organisasi, yaitu :
a.      Koordinasi, yang meliputi wewenang, saling melayani, serta perumusan tujuan dan   disiplin.
b.      Prinsip skalar, meliputi prinsip, prospek, dan pengaruh sendiri, tercermin dari kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional.
c.       Prinsip fungsional, yaitu funsionalisme tugas yang berbeda.
d.      Prinsip staf, yaitu kejelasan perbedaan antara staf dan lini Meskipun mendapat banyak kritik yang menganggap bahwa teori-teori klasik itu telah mengabaikan faktor humanistik, deterministik, dan tertutup, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa teori klasik merupakan peletak dasar dari teori-teori organisasi modern.

B.   ASUMSI TEORI MODREN

      Teori mutakhir atau modern merupakan pengembangan aliran hubungan manusiawi sekaligus sebagai pandangan baru tentang perilaku manusia dan sistem sosial. Asumsi modren Tentang perspectif organisasi : Organisasi sebagai sebuah jaringan sistem yang terdiri dari setidak-tidaknya 2 (dua) orang atau lebih dengan kesalingtergantungan, input, proses dan output. Menurut pandangan ini, orang-orang (komunikator) bekerjasama dalam sebuah sistem untuk menghasilkan suatu produk dengan menggunakan energi, informasi dan bahan-bahan dari lingkungan
     
      Proses pengorganisasiaan akan menghasilkan organisasi. Pengorganisasian adalah sebuah proses dan aktivitas/kegiatan. Walaupun organisasi memiliki struktur namun bagaimana organisasi bertindak dan bagaimana organisasi tersebut tampil ditentukan oleh struktur yang ditetapkan oleh pola-pola reguler perilaku yang saling bertautan. (Weick, 1979, hal 90).
      Dalam teori ini konsep manusia yang mewujudkan diri (motivasi manusia) sangat penting bagi manajemen organisasi. Terdapat empat prinsip dasar perilaku organisasi, yaitu:
a.  Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat (peranan, prosedur, dan prinsip).
b.  Manajemen harus sistematis dan pendekatan yang digunakan dengan pertimbangan  secara hati-hati.
c.   Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual dalam pengawasan harus sesuai dengansituasi.
d.  Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat perlu. Berdasarkan berbagai teori yang dikemukakan, baik teori klasik, teori tradisional, maupun teori mutakhir mengindikasikan bahwa kinerja lembaga atau organisasi sangat ditentukan oleh sistem komunikasi yang diterapkan, baik menyangkut praktik komunikasi, pola pendekatan, media komunikasi, maupun ketersediaan sarana umpan balik. Variabel-variabel tersebut akan menentukan produktivitas kinerja lembaga. Demikian pula dalam praktiknya, kegiatan komunikasi hendaknya memperhatikan beragam bentuk komunikasi, seperti komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal, komunikasi lintas saluran dan komunikasi informal. Semakin kreatif dan variatif organisasi itu menggunakan bentuk komunikasi, maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas kinerja lembaga tersebut.











C.   ASUMSI TEORI  PERALIHAN

      Teori tradisional (teori peralihan)  Teori tradisional muncul sebagai reaksi atas konsep-konsep yang dikemukakan oleh para ahli teori klasik meskipun tidak sepenuhnya mengabaikan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh teori klasik. Pendekatan yang dilakukan oleh ahli teori ini adalah pendekatan perilaku atau bahavioral approach (Human Relation Approach). Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen yang dikenal dengan Hawthorne Experiment yang secara garis besar dibagi dalam 4 tahap Antara Lain :
a.      Mengkaji efek lingkungan dari produktivitas pekerja
b.      Melakukan konsultasi dengan pekerja yang ikut eksperimen
c.       Melakukan wawancara dengan pekerja (yang tidak ikut eksperimen) melalui pertanyaan terbuka
d.    Eksperimen yang dikenal dengan bank - Wiring - Room Experiment.

Hasil eksperimen tersebut adalah :
-       Sistem sosial para pekerja ikut berperan dalam organisasi formal.
-       Imbalan nonfinansial dan sanksi berperan dalam mengarahkan perilaku pegawai
-       Kelompok ikut berperan dalam menentukan kinerja dan sikap anggota kelompok
-       Munculnya pola kepemimpinan informal.
-       Komunikasi yang makin intensif.
-       Kepuasan dan kenyamanan bekerja meningkat.
-       Pihak manajemen dituntut untuk lebih memahami situasi sosial.

             Experiment Hawthorne menjadi pemicu munculnya beberapa pemikiran baru (yang masih dalam kerangka humanistik). Termasuk munculnya teori sistem yang melihat organisasi sebagai suatu sistem yang memiliki antara lain :
a.    Sub sistem teknis
b.    Sub sistem sosial
c.    Sub sistem kekuasaan.  Kemudian juga muncul teori kontingensi yang dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang telah dikembangkan oleh pendekatan sistem. Teori kontingensi ini pada prinsipnya melihat bahwa organisasi harus berlandaskan pada sistem yang terbuka (open system concept)



BAB II
TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI


            Kata komunikasi berasal dari bahasa latina “communis” atau “commo” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Manusia dalam kehidupannya adalah makhluk sosial, yang berarti saling membutuhkan orang lain sebagai teman hidup, karena manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam menjalani kehidupannya manusia menempati suatu lingkungan tertentu dan melakukan peranannya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap individu manusia berinteraksi antara satu dengan yang lainnya baik dalam kelompok atau keluarganya maupun dalam masyarakat. Interaksi ini menyebabkan adanya pergaulan antara individu dalam masyarakat (kelompok). Pergaulan individu-individu ini, baik dalam kelompok keluarga maupun dalam masyarakat, semuanya memerlukan keteraturan supaya semua proses yang berlangsung di dalamnya berjalan tertib dan serasi, sehingga dalam masyarakat muncul suatu peraturan yang harus ditaati oleh setiap individu.







            Menurut Goldhaber, komunikasi organisasi merupakan Arus informasi dalam suatu jaringan yg sifat hubungannya saling bergantung  satu sama lain (the flow of message within a network of interdependent relationships), (Djuarsa, 1994:132).
            Organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hierarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications h atau komunikasi timbal balik, untuk mencapai cita-

cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.  Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses dari suatu keinginan masing-masing individu untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Kehidupan organisasi tidak mungkin dipisahkan dari komunikasi efektif. Komunikasi efektif tergantung pada kemampuannya menjawab dan mengantisipasi perubahan lingkungan luar organisasi sesuai dengan perkembangan internal organisasi itu sendiri. Di samping itu dalam komunikasi didasari beberapa perspektif dalam pengembangannya sehingga berperanan penting dalam organisasi.

A.     PERSPEKTIF YANG MENDASARI KOMUNIKASI ORGANISASI

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi/peranan, yaitu:
1.      Covering Law Theories
Pespektif ini berangkat dari prinsip sebab-akibat atau hubungan kausal. Rumusan umum dari prinsip ini antara lain dicerminkan dalam pernyataan hipotesis. Menurut Dray penjelasan Covering Law Theories didasarkan pada dua asas:
-       Teori berisikan penjelasan yang berdasarkan pada keberlakuan umum/hukum umum.
-       Penjelasan teori berdasarkan analisis keberaturan. Dalam Covering Law Theories terdapat tiga macam penjelasan:

TEORI KETERGANTUNGAN MEDIA (DEPENDENCY THEORY) DALAM PEMILIHAN MEDIA MASSA


Perspectif Komunikasi


TEORI KETERGANTUNGAN MEDIA (DEPENDENCY THEORY)
DALAM PEMILIHAN MEDIA MASSA 

 OLeh : ILHAM KUSUMA S. SOS
                                                                
            Sifat dan tujuan teori bukan semata-mata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Karenanya teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. (Abraham Kaplan (1964)
            Teori Ketergantungan (Dependency Theory) menurut Melvin Defluer dan Sandra Ball Roceach , adalah teori tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting untuk orang itu.  Ketergantungan itu sangat esensial dalam naluri freud. Karena merupakan fitur yang sangat mencolok pada prosa pembangunan budaya itu, apa yang memungkinkan untuk kegiatan psikis yang lebih tinggi, ilmiah, artistik maupun ideologis, untuk memainkan peran penting dalam kehidupan beradab  (Peradaban and Its Discontents, hal 44).
            Freud berpendapat," Bahwa esensi dari proses represi terletak, tidak meletakkannya berakhir, dalam memusnahkan, gagasan yang merupakan naluri, tapi dalam mencegah dari menjadi sadar yang direpresikan merupakan bagian dari alam bawah sadarBagaimana kita untuk sampai pada pengetahuan tentang sadar? Hal ini tentu saja hanya sebagai sesuatu yang sadar yang kita kenal, setelah mengalami transformasi atau penerjemahan menjadi sesuatu sadar "("The bawah sadar, "hal 573). Alam bawah sadar (naluri id-terpenting) tidak statis hal ini terikat dalam serangkaian mekanisme yang rumit dengan ego-super ("badan khusus.. self-kritik "), yaitu, pemikiran rasional, alasan, atau hati nurani seseorang (The Luar biasa, "hal 211). upaya untuk mengembangkan cara sistematis untuk mengakses dan menafsirkan alam bawah sadar. Di bagian ini dikutip ia secara eksplisit elides proses tindakan psikis yang mereka interpretasi tekstual (Satu dipengaruhi oleh strategi penafsiran Yahudi dari Midrash hidup (komentar) dalam gerakan yang membuat seseorang sadar, sejarah kehidupan ego, teks penuh dengan "ditekan dan abnegated materi, "yakni, jejak-jejak asal lain (ibid.).


 Freud menulis bahwa hampir di mana-mana dapat ditemukan ada kelalaian mencolok, mengganggu pengulangan, kontradiksi gamblang, tanda-tanda hal komunikasi yang tidak pernah dimaksudkan berharap untuk memberikan kata "Distorsi" makna ganda yang memiliki hak, meskipun tidak lagi digunakan dalam pengertian ini. Ini seharusnya berarti tidak hanya "untuk mengubah penampilan, "tetapi juga" untuk kunci terpisah, "" untuk dimasukkan ke dalam tempat lain. " (Musa dan Monoteisme, hal 52)
            Teori ini memperkenalkan model yang menunjukan hubungan integral tak terpisahkan antara pemirsa, media dan sistem sosial yang besar. Teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial. Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.
            Konsisten dengan teori-teori yang menekankan pada pemirsa sebagai penentu media, model ini memperlihatkan bahwa individu bergantung pada media untuk pemenuhan kebutuhan atau untuk mencapai tujuannya, tetapi mereka tidak bergantung pada banyak media dengan porsi yang sama besar. Besarnya ketergantungan seseorang pada media ditentukan dari dua hal.
1.      Individu akan condong menggunakan media yang menyediakan kebutuhannya lebih banyak dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit. Sebagai contoh, bila anda menyukai gosip, anda akan membeli tabloid gosip dibandingkan membeli koran Kompas, dimana porsi gosip tentang artis hanya disediakan pada dua kolom di halaman belakang, tetapi orang yang tidak menyukai gosip mungkin tidak tahu bahwa tabloid gosip kesukaan anda, katakanlah acara Cek dan ricek, itu ada, ia pikir cek dan ricek itu hanya acara di televisi, dan orang ini kemungkinan sama sekali tidak peduli berita tentang artis di dua kolom halaman belakang Kompas.
2.      Persentase ketergantungan juga ditentukan oleh stabilitas sosial saat itu. Sebagai contoh, bila negara dalam keadaan tidak stabil, anda akan lebih bergantung/ percaya pada koran untuk mengetahui informasi jumlah korban bentrok fisik antara pihak keamanan dan pengunjuk rasa, sedangkan bila keadaan negara stabil, ketergantungan seseorang akan media bisa turun dan individu akan lebih bergantung pada institusi - institusi negara atau masyarakat untuk informasi. Sebagai contoh di Malaysia dan Singapura dimana penguasa memiliki pengaruh besar atas pendapat rakyatnya, pemberitaan media membosankan karena segala sesuatu tidak bebas untuk digali, dibahas, atau dibesar-besarkan, sehingga masyarakat lebih mempercayai pemerintah sebagai sumber informasi mereka.

A.    (Individual Differences Theory) Teori Perbedaan Individu

            Asumsi teori ini adalah Pesan-pesan yang disampaikan media massa ditangkap individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan personal individu. Efek komunikasi pada individu akan beragam walaupun individu menerima pesan yang sama. Terdapat faktor psikologis dalam menerima pesan yang disampaikan media massa. Masing-masing individu mempunyai perhatian, minat, keinginan yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam menerima pesan yang disampaikan media massa.

B.     Teori Penggolongan Sosial (Social Category Theory)

Asumsi teori ini adalah Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu atau sama akan cenderung memiliki prilaku atau sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok sosial tertentu. Teori Penggolongan sosial ini dapat di di lihat berdasarkan : Usia, Jenis kelamin Suku, Profesi, Pendidikan. Kegemaran atau Hobby, Status sosial. Agama dll.
           



            Dengan adanya penggolongan sosial ini muncullah media massa yang sifatnya special atau khusus yang diperuntukan bagi kalangan tertentu, dengan mengambil segmentasi/pangsa pasar tertentu misalnya :
-          Majalah Bola, Soccer, Go, F1, dll diperuntukan mereka yang senang olahraga.
-          Majalah Femina, Kartini, Wanita , dll yang diperuntukan wanita kalangan tertentu.
-          Program Siaran Si bolang di Trans 7, Ipin Ipin,  yang diperuntukan untuk anak-anak
-          Majalah Tempo, Republika, Kompas, Jawa Pos misalnya diperuntukan mereka yang senang politik.
-          Silet, Cek and Ricek, misalnya diperuntukan mereka yang senang dengan berita seputar gosip para artis.

            Begitu juga di media elektronik disajikan acara-acara tertentu yang memang diperuntukan bagi kalangan tertentu dengan memprogramkannya sesuai dengan waktu dan segmen khalayaknya.

C.    TEORI NORMA BUDAYA ( NORM AND CULTURAL THEORY)

      Asumsi teori ini adalah Media massa melalui informasi yang disampaikannya dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan kesan yang oleh khalayak disesuaikan dengan norma-norma dan nilai-nilai budayanya. Media massa mempengaruhi budaya-budaya masyarakatnya dengan cara Pesan-pesan yang disampaikan media massa memperkuat budaya yang ada. Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian  media massa memberi lahan atau tempat maka budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup kembali. Misalnya Acara pertunjukan Overa Van Java, yang  ditayangkan di Trans 7, Wayang Kulit,  terbukti telah memberi tempat pada budaya tersebut untuk diapresiasi oleh masyarakat. Media massa telah menciptakan pola baru tetapi tidak bertentangan bahkan menyempurnakan budaya lama.
      Freud berpendapat analogi antara kelestarian psikis dan model arkeologi, khususnya Roma, Kota Abadi. Dia menjelaskan bagaimana topografi Roma ditembak melalui reruntuhan dan sisa-sisa masa lalu, mereka ditemukan "Dovetailed Ke dalam campur aduknya  metropolitan besar yang telah tumbuh di beberapa abad terakhir sejak Renaissance "(Hal. 17). Freud mengambil model dari arkeologi situs dengan lapisan selanjutnya reruntuhan dan peta itu kesadaran manusia karena ini adalah bagaimana masa lalu dipertahankan pada saat ini, yang merupakan model imanensi. Dia berpendapat bahwa kita harus membandingkan masa lalu kota dengan yang pikiran. Dia meminta kita untuk "menganggap bahwa Roma bukanlah tempat tinggal manusia tapi badan psikis dengan masa lalu yang sama panjang dan berlebihan "(ibid.).  Dalam kedua model, apa Freud berpendapat adalah palimpsest spektral yang mengingat-Nya terkenal penjelasan tentang Wunderblock, dimana semua yang telah ditulis pada tabula rasa dipertahankan dalam lilin pada yang bersandar. Model imanensi penting karena memberikan metafora spasial yang memungkinkan satu untuk membaca jejak atau efek sisa masa lalu di masa kini. Selain itu, hal ini membantu kita untuk memahami desakan Freud ketika datang ke konstan tindakan yang dibutuhkan untuk menekan hasrat tak sadar. Dia bersikeras ketika ia menegaskan bahwa proses "dari represi tidak boleh dianggap sebagai suatu peristiwa yangterjadi sekali, hasil yang permanen, seperti ketika hidup beberapa hal yang telah dibunuh dan dari waktu itu dan seterusnya sudah mati; tuntutan represi pengeluaran terus-menerus kekuatan pemeliharaan represi melibatkan pengeluaran tak terputus gaya "(" Penindakan, " Dari teks besar pertama Freud The Interpretation of Dreams (1900) melalui karya-karya berurusan dengan agama, seperti Totem dan Taboo (1913), dan bahkan di kemudian kerja seperti Peradaban dan Its Discontents, sebuah konsepsi manusia diberikan. Ia berpendapat bahwa manusia didorong oleh dua primal naluri: diri pelestarian dan kepuasan libidinal. Naluri ini mematuhi tidak ada hukum normatif sosial selain kepuasan. Drive ini terhadap kepuasan adalah kekuatan destruktif. Dicentang, kekerasan dan kematian hanya akan menghasilkan dari perjalanan kita menuju pemenuhan malu egois. hal 572).
      Menurut Paul Lazarfeld dan Robert K Merton terdapat empat sumber utama kekhawatiran masyarakat terhadap media massa, yaitu :
1.      Sifat Media Massa yang mampu hadir dimana-mana (Ubiquity) serta kekuatannnya yang potensial untuk memanipulasi dengan tujuan-tujuan tertentu
2.      Dominasi kepentingan ekonomi dari pemilik modal untuk menguasai media massa dengan demikian media massa dapat dipergunakan untuk menjamin ketundukan masyarakat terhadap status quo sehingga memperkecil kritik sosial dan memperlemah kemampuan khalayak untuk berpikir kritis.
3.      Media massa dengan jangkauan yang besar dan luas dapat membawa khalayaknya pada cita rasa estetis dan standar budaya populer yang rendah.
4.      Media massa dapat menghilangkan sukses sosial yang merupakan jerih payah para pembaharu selama beberapa puluh tahun yang lalu.

D.   TEORI PENGHARAPAN NILAI (The Expectacy-Value Theory)
      Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai). Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media –kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut.
      Freud minat (de-) sublimasi-artikulasi uncensored dari psikis fantasi-bersama dengan "hasil estetika kesenangan kepuasan substitusi adalah ilusi berbeda dengan kenyataan karena apa yang kita inginkan adalah kepuasan dan belum"Tidak ada kemungkinan sekali menjadi yang dibawa melalui, semua peraturanalam semesta bertentangan dengan itu "(ibid., hal 23). Dengan demikian, kita diciptakan untuk memperoleh kenikmatan dalam ilusi, bentuk kedua-tier. Namun, sublimasi menyediakanFreud dengan alat untuk menyelidiki lebih lanjut bagaimana materi ditekan terus mengerahkan pengaruh yang menentukan atas hidup sadar, bagaimana dan mengapa primal naluri yang terus-menerus hadir, selalu mengancam akan mengambil alih. Inipotensi desublimation terjadi tidak hanya pada tingkat individu, tetapi pada tingkat kolektif juga karena usaha sublimatory seperti agama dan seni adalah ilusi sosial. "

E.     TEORI S-O-R
Teori dependensi  menurut Penulis sangat Berkorelasi dengan Teori S-O-R)  Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semua berasal dari Psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.  Menurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah;
• Pesan (stimulus, S)
• Komunikan (organism, O)
•  Efek (Response, R)
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :
Perhatian
• Pengertian
• penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

REFLEKSI TEORI DEPENDENSI”

            Menurut Perspectif penulis bahwa Teori dependensi sangat krusial ditelaah secara Intensifikasi dalam mencari format kesukaan khalayak dalam alam sadarnya pada pemilihan Media, seperti proses mimpi yang panjang hingga ia terlelap kembali dalam tidurnya, hysteria dalam alam bawah sadar” Kajian Sigmund Freud sangat erat kaitannya dalam teori Melvin defluer dan Sandra Ball Rokeach, akan domain media massa yang menyingkap sejarah masa lalu, ibarat budaya budaya kuno yang di tanzilkan secara baru, sehingga ia ibarat ada dan tiada, sehingga dibutuhkan Pemilihan /pemilahan /uses and gratification berdasarkan rangkaian yang rumit terhadap ego super yaitu, pemikiran rasional, alasan, atau hati nurani seseorang. Yaitu adanya perbedaan yang membuat  teori ini semakin dapat mencari pengolongannya berdasarkan rumusan rumusan Melvin Defleur dan Sandra Ball Rokeach ini.
Kepastian
            Saya melihat ketika dependensi/teori ketergantungan ini ditafsirkan dalam berbagai metode maka kita akan mencari variabel variabel penghubung untuk mengukur para meternya apakah teori ketergantungan media dapat drespon, dari komunikan secara individual berdasarkan komponen sosialnya, tentu itulah kajian yang sesungguhnya, yang mengupas detail tentang ketergangungan khalayak dalam alam sadarnya. Sehinga terjadi sebuah proses dimana semua yang telah ditulis pada tabula rasa dipertahankan dalam lilin pada yang bersandar”Freud” dan saya sangat setuju ungkapan Freud tersebut.
Bahwa integral nya hubungan Khalayak, Media dan system Sosialnya, merupakan komponen yang berkolerasi kecil namun ketika ditarik benang halusnya dapat membongkar fiksi keseluruhannya.

PUSTAKA/KUTIPAN.
The Interpretation of Dreams. In The Standard Edition of the Complete
Psychological Works of Sigmund Freud, edited by James Strachey. IV. London:
Hogarth Press, 1953–74.

Moses and Monotheism. Translated by Katherine Jones. New York: Vintage Books,
1939.

DeFleur, M., Dennis, E. (2002). Understanding Mass Communication. Boston: Houghton Mifflin.
DeFleur, M., Plax, T. & Kearney, P. (1998). Foundations of human communication: Second Edition. Mountain View, CA: Mayfield Pub. Co.
DeFleur, M. (1998). Where have all the milestones gone? The decline of significant research on the process and effects of mass communication. Mass Communication and Society, 1 (1/2): 85-98.
DeFleur, R. & Buceta Facorro, L. (1993). A cross-cultural experiment on how well audiences remember news stories from newspaper, computer, television and radio sources. Journalism Quarterly, 70(3): 585-601.
Davenport, L., Cronin, M. &  DeFleur, M. (1992). Audience recall of news stories presented by newspapers, computer, television and radio. Journalism Quarterly, 69(4).
DeFleur, M.(1989). Theories of Mass Communication: Fifth Edition. New York: Longman, Inc.